ENTOS = TEGES
Salah satu kosakata
tempo dulu yang sering kali saya dengar dan dapatkan dari orang tua saya ketika
saya tidak bisa memperagakan sesuatu seperti yang dia kehendaki. Makna "Entos"
atau "Enthos" yang dilafalkan En- thos (Bunyi “en” dilafalkan seperti
pada nama Endang sedangkan “–thos” sepeti bunyi toss, joss, nyos) memiliki
makna yang sama dengan tayoh atau tayo, isok, teges, teteh, godak yang artinya dalam
bahasa Indonesia yaitu mahir, cakap, sangat bisa, atau lawan dari kata tidak
becus. Khusus untuk kata teteh, walaupun artinya juga mahir, namun dalam
pengunaaan sehari-hari kosa kata ini identik dengan kemahiran berbicara,
berbahasa, berkata, atau melafalkan sesuatu yang biasanya dugunakan untuk anak
usia balita.
Entos pada umunya
kerap digunakan untuk mengkritisi atau mempertanyakan kemampuan seseorang
setelah orang yang dikritisi melakukan sesuatu. Bahkan para orang tua kita dulu
kerap gunakan kata entos saat nyeneni atau memearahi anak-anaknya. Namun tidak
menutup kemungkian, Enthos juga digunakan untuk mengetahui lawan bihacar mahir
atau tidak?
Semisalnya dalam
ungkapan
"Sing teges po'o lek ngowo sepeda motor. Diluk-diluk
nubrak-nubruk ae.Mamulo ta, ojo lali ngekek'i lampu sein
nek kate menggok. Entos ta gak se sakjane? Lek gak entos isok blaen koen.”
(Kalau naik
motor itu yang benar, sebentar-sebentar koq menabrak. Makanya, jangan sampai
lupa nyalakan sein bila mau belok. Kamu itu mahir tidak sih sebenarnya? Kalau
belum mahir, bisa celakai dirimu sendiri.
“Lho yok opo se, koen isik gak entos nyambut
gawe nggono kok njaluk bayaran gedhe..”
(Lho
bagaimana ini kamu ini? kamu itu belum bisa kerja koq sudah minta gaji besar?)
“Ponakanku sing umure sik limang taon tebake
wes teteh boso Inggrisan”
(Kepokananku
yang berumur lima tahun sudah mahir berbahasa Inggris. )